Awalnya kedai sate ini dirintis oleh anak Pak Siboen, yakni Karto Senen dan Miskan. Mereka meneruskan profesi Pak Siboen yang berjualan di Ponorogo. Tapi, supaya makin mantep jualannya, maka keduanya pindah ke Kediri. Makin lama warungnya semakin banyak peminatnya. Malah anak Pak Siboen dianggap sebagai Pak Siboen oleh para pembelinya.
Sekarang, sate ayam Ponorogo Pak Siboen tersebar di berbagai kota seperti di Kediri ada tiga kedai, Malang 2 kedai, Tulung Agung 1 dan di Jakarta 1 kedai.
Saat saya ke Kediri, saya sempat melihat kedai sate Pak Siboen di Kediri yang tidak jauh dari alun-alun lain dari . Biasanya kita melihat kedai sate dengan gerobak atau berdiri di atas bangunan semi permanen atau kalau pun permanen, bangkunya terlihat sederhana, namun kedai sate Pak Siboen di Kediri mirip café dengan kaca yang mengkilap, lantai keramik, kursi dan meja yang berwarna. Waktu itu kami ditraktir kakak angkat di Kediri. Karena sudah malam, maka sate dibungkus. Nah, pembungkus sate ini juga yang menarik: diberi dus, bukan menggunakan kertas makanan.
Ciri khas dari sate ayam Ponorogo adalah ayamnya yaang merupakan ayam kampung, di potong tipis, Rasanya maksyyyuuuus!!! Kuah kacangnya begitu lembut, tiada duanya.
Mengenai harga, karena lupa bertanya pada yang mentraktir, maka saya kurang tahu. Mungkin sekitar Rp 15.000 per porsi.
Nah bagi yang tidak sempat ke Kediri untuk mencicipi sate ini, di Jakarta juga ternyata ada, loh. Alamatnya Jl. Jatiwaringin No. 18 Jakarta Timur (depan swalayan Naga).
Oiya, jangan lupa minum the atau jus setelah makan sate.